May Day 2025: Sejarah Perlawanan dan Momentum Buruh di Yogyakarta
May Day 2025: Sejarah Perlawanan dan Momentum Buruh di Yogyakarta
YOGYAKARTA-koranjateng.com
Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day berakar dari perjuangan kelas pekerja di akhir abad ke-19. Insiden Haymarket Riot di Chicago pada 1 Mei 1886 telah menjadi titik balik dalam sejarah perjuangan buruh. Ribuan pekerja di Amerika Serikat saat itu menuntut pengurangan jam kerja menjadi 8 jam sehari, tetapi aksi demonstrasi berujung pada bentrokan berdarah akibat penindasan polisi (01/05/2025).
Sejak saat itu, 1 Mei ditetapkan sebagai simbol perlawanan buruh, dan berbagai negara mengadopsinya sebagai Hari Buruh Internasional, memperingati perjuangan yang masih terus berlanjut hingga hari ini.
Namun, makna May Day tidak hanya sekedar mengenang sejarah, ia menjadi momen refleksi untuk memahami tantangan buruh di era modern, dari eksploitasi pekerja informal, dampak teknologi seperti AI, hingga tuntutan kesejahteraan yang lebih adil.
May Day 2025 di Yogyakarta: Ribuan Buruh Turun ke Jalan
Tahun ini, ribuan buruh dari berbagai sektor memenuhi halaman DPRD Yogyakarta, membawa suara lantang dalam perayaan Hari Buruh Internasional.
Aksi yang dimulai dari Tugu Jogja dan terus long march menuju gedung DPRD Yogyakarta ini tidak hanya menjadi ajang demonstrasi, tetapi juga simbol perlawanan terhadap sistem yang masih menekan pekerja.
Dengan spanduk, orasi, dan aksi teatrikal, massa buruh menegaskan bahwa May Day bukan sekadar seremonial, tetapi perlawanan yang terus menggema.
Deklarasi Anti Penggusuran di TKP ABA: Hak atas Ruang Hidup
Aksi May Day 2025 di Yogyakarta juga diwarnai dengan Deklarasi Rakyat Jogja Anti Penggusuran, yang berlangsung di Tempat Khusus Parkir Abu Bakar Ali (TKP ABA).
Koordinator Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) DIY, Irsyad Ade Irawan, menegaskan bahwa penggusuran yang terjadi di berbagai titik di Yogyakarta semakin mengancam keberlangsungan hidup pekerja dan komunitas akar rumput.
"Setelah semua massa aksi terkumpul di ABA, aksi dimulai dengan Deklarasi Rakyat Jogja Anti Penggusuran. Ini bukan hanya soal pekerjaan, tetapi juga hak atas ruang hidup yang semakin terancam oleh kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat!” jelas Irsyad Ade Irawan, MPBI DIY
Deklarasi ini menjadi sinyal bagi pemerintah bahwa kebijakan yang meminggirkan rakyat harus dihentikan, dan May Day kali ini menegaskan bahwa perjuangan buruh juga mencakup hak atas ruang hidup yang semakin sempit akibat ekspansi kapital.
Tuntutan Buruh May Day 2025: Suara yang Tidak Bisa Dibungkam
Perwakilan dari berbagai serikat buruh dan gig worker menyuarakan 11 tuntutan utama, mencakup isu klasik hingga persoalan baru seperti dampak AI dan eksploitasi pekerja muda.
Arifin, salah seorang peserta aksi, menegaskan bahwa tuntutan ini bukan sekadar daftar yang diulang tiap tahun, tetapi mencerminkan realitas pahit yang terus dihadapi buruh.
"Kami tidak hanya menuntut, kami ingin perubahan nyata. AI sudah mulai mengambil alih pekerjaan, sementara kebijakan masih mengabaikan dampaknya bagi buruh. Jika tidak ada solusi, ribuan pekerja bisa kehilangan sumber penghidupan!", terang Arifin
Sementara itu, Dewi, yang bekerja di sektor manufaktur, menyuarakan kesedihannya terhadap eksploitasi Gen Z yang semakin mengakar.
"Kami yang muda sering dijadikan tenaga murah tanpa kejelasan status. Upah kami ditekan, jam kerja panjang, dan perlindungan minim. Buruh muda harus bersuara!" tutur Dewi
Berikut deretan daftar dari setidaknya 11 Tuntutan Buruh May Day 2025 menurut penjelasan Arifin:
1. Revisi Undang-Undang Ketenagakerjaan yang lebih berpihak kepada pekerja.
2. Stop PHK massal dan ciptakan lapangan pekerjaan yang layak.
3. Menjamin kebebasan berserikat, tanpa intimidasi dari korporasi.
4. Mewujudkan hubungan industrial yang adil dan transparan.
5. Menemukan solusi atas dampak AI, yang mulai menggeser pekerjaan manusia.
6. Menghapus syarat kerja yang diskriminatif dan memberatkan calon tenaga kerja.
7. Memberikan kesempatan kerja yang setara bagi kaum difabel.
8. Meningkatkan kesejahteraan pekerja, dengan upah yang layak dan tunjangan yang adil.
9. Menjamin transisi kerja yang adil, terutama bagi sektor terdampak perubahan ekonomi.
10. Memastikan hak-hak normatif bagi ojek online, sebagai bagian dari ekosistem pekerja formal.
11. Menghentikan eksploitasi Gen Z, yang sering dipaksa bekerja tanpa kejelasan status dan hak.
Hikmah May Day: Solidaritas yang Tak Boleh Padam
May Day bukan hanya ajang perayaan, ia adalah pengingat bahwa perjuangan buruh adalah perjuangan kolektif yang membutuhkan solidaritas lintas sektor.
Melihat aksi May Day 2025 di Yogyakarta, setidaknya kita dapat menarik beberapa hikmah penting:
- Hak pekerja harus terus diperjuangkan, karena eksploitasi masih terjadi dalam berbagai bentuk.
- Teknologi seperti AI harus diantisipasi dengan kebijakan yang melindungi pekerja, agar tidak menjadi alat pemiskinan massal.
- Generasi muda harus lebih sadar akan hak-haknya, agar eksploitasi tenaga kerja tidak semakin merajalela.
- Perjuangan buruh tidak bisa dilakukan sendiri, solidaritas lintas sektor adalah kunci perubahan sistemik.
Dengan semangat yang tidak padam, buruh dan serikat pekerja memastikan bahwa suara mereka tetap lantang, tidak hanya hari ini, tetapi setiap hari hingga perubahan terjadi.
( Pitut Saputra )