Ruwahan Dan Sadranan Tradisi Jawa Jelang Bulan Puasa.

Ruwahan Dan Sadranan Tradisi Jawa Jelang Bulan Puasa. 

JAWATENGAH-koranjateng.com-
Jelang Puasa Bulan Ramadhan ada seremonial tradisi Ruwahan dan Sadranan khususnya di Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY, biasanya disertai dengan kegiatan bersih makam, dan kenduri, dibeberapa Daerah, Ruwahan ini menjadi satu paket kegiatan tradisi budaya dengan pementasan wayang kulit, kirab budaya maupun pengajian, namun tidak semua daerah sama, hal tersebut sesuai dengan kearifan lokal daerah masing-masing. (14/02/2025)

Topik salah seorang warga Delanggu sekaligus pemerhati budaya Jawa memaparkan "Tradisi Ruwahan merupakan salah satu tradisi budaya penting dalam masyarakat Jawa dan Khususnya Jawa Tengah serta DIY, dimana kegiatan Ruwahan tersebut adalah sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, berasal dari kata 'Ruwah' yang merupakan bulan kedelapan dalam kalender Jawa, Bulan Ruwah tersebut bersamaan dengan bulan Syaban kalender Hijriah atau Islam, dalam penanggalan Jawa, hampir sama namun hanya berbeda nama."paparnya

Lebih lanjut dijelaskan "Kegiatan Ruwahan di masing-masing Daerah berbeda-beda tanggal pelaksanaan namun pada dasarnya tetap pada bulan Ruwah, biasanya di pertengahan atau di akhir, sementara bulan Ruwah tahun 2025 sendiri dimulai pada Jumat, 31 Januari 2025 dan berakhir pada Jumat, 28 Februari 2025, Bulan Ruwah dalam penanggalan kalender Jawa, dijelaskan berlangsung selama 29 hari, dimana setiap hari memiliki pasaran, yaitu Legi, Pahing, Wage, Pon, dan Kliwon, sementara Weton merupakan kombinasi antara hari dalam sepekan (Senin-Minggu) dengan pasaran tersebut, kalender Jawa sendiri lebih mirip penanggalan Hijriah dibanding Masehi, sebab keduanya sama-sama ditentukan berdasarkan peredaran bulan dalam mengelilingi bumi, pergantian hari atau tanggal dimulai seusai terbenamnya matahari atau tepat pada waktu magrib, setiap Daerah memiliki adat dan tradisi serta kearifan lokal sendiri, ada yang melaksanakan ruwah di pertengahan bulan, maupun di akhir bulan." jelasnya.

Mengutip dari website resmi Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY, dikatakan "Sadranan dan Ruwahan adalah tradisi Jawa menjelang Ramadan yang berbeda, meskipun keduanya sering dianggap sama, dijelaskan perbedaan antara Ruwahan dan Nyadran terdapat pada ritual atau tata cara pelaksanaan'nya."

Ruwahan merupakan tradisi kebudayaan Jawa untuk mendoakan leluhur atau orang yang telah meninggal dunia, sedangkan, Nyadran adalah rangkaian budaya'nya, mulai dari membersihkan makam leluhur, menabur bunga, dan kenduri yang dilaksanakan di salah satu tempat ada yang ditempatkan di masjid, mushola atau rumah warga, Ruwahan dilakukan sebulan sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, juga dilakukan untuk memohon ampunan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, biasanya Ruwahan juga diisi dengan kenduri warga sebagai ungkapan terima kasih atas limpahan rezeki dan keselamatan dalam bekerja.

Sementara menurut versi dari sumber Wikipedia Sadranan adalah salah satu kearifan lokal yang seringkali dikaitkan dengan upacara Hindu yakni Sradha, dan Sradha adalah upacara pemujaan arwah leluhur yang dilakukan oleh umat Hindu, upacara ini dilakukan pada hari kematian leluhur, atau secara kolektif selama Pitri Paksha atau Shraaddha paksha, upacara Sradha dalam Hindu dilakukan untuk menghormati leluhur yang telah meninggal, upacara ini diyakini dapat memberikan kedamaian kepada leluhur di alam setelah mati, upacara Sradha dalam tradisi Jawa disebut nyadran, contoh terkenal penyelenggaraan upacara Sradha pada zaman Majapahit adalah yang dilakukan oleh Prabu Hayam Wuruk untuk memuja arwah Rajaptani pada tahun 1362 Masehi.

Sementara Upacara Sadranan di Jawa biasanya dilaksanakan sebelum bulan puasa, dan dipercaya kegiatan Sadranan dapat mempererat tali silaturahmi antar warga, sementara Ruwahan adalah tradisi kebudayaan Jawa untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia, Nyadran adalah rangkaian budayanya, mulai dari pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan kenduri selamatan di makam leluhur, Nyadran biasanya diselenggarakan satu bulan sebelum dimulainya puasa Ramadhan yakni bulan Ruwah dalam kalender Jawa dan menjadi ekspresi rasa gembira, bungah, dan syukur atas kehadiran Ramadhan.

Setiawan salah seorang pemerhati budaya dan seringkali terlibat dalam agenda-agenda seni budaya serta tradisi Kraton Surakarta mengatakan "Bila merujuk dari kedua versi diatas, Tradisi Nyadran dan Ruwahan meskipun berbeda namun keduanya adalah merupakan akulturasi budaya Hindu, Jawa dan Islam, dari jaman dahulu, dan terus dilestarikan hingga saat ini, dimana setiap kali menjelang bulan puasa kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya pembersihan, dan wujud syukur menjelang pelaksanaan puasa, dan menyambut datangannya bulan suci Ramadhan."paparnya 

"Ruwahan adalah tradisi mendoakan leluhur, sedangkan nyadran adalah rangkaian kegiatannya, keduanya merupakan tradisi Jawa yang dilakukan menjelang Ramadan, Ruwahan sendiri adalah Tradisi kebudayaan Jawa untuk mendoakan leluhur yang telah meninggal, momen untuk mengenang para leluhur, orang tua, saudara, atau kerabat lain yang telah meninggal dunia, pelaksanaan tradisi ruwahan dimulai dengan membersihkan makam para leluhur." jelasnya 

Sementara "Nyadran adalah Rangkaian budaya yang meliputi pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan kenduri, tradisi masyarakat Jawa yang dilakukan pada bulan Ruwah (Kalender Jawa) atau Sya'ban (Kalender Hijriyah), Tradisi ini biasanya dilakukan secara kolektif dengan melibatkan seluruh warga Desa, Nyadran juga mengandung nilai-nilai sosial budaya seperti gotong royong, pengorbanan, ekonomi, menjalin silaturahmi, dan saling berbagi antar masyarakat." pungkasnya.

( Pitut Saputra )
Next Post Previous Post


Berita Pilihan :