Serunya Workshop Anyaman dan Jali di Desa Palar

Serunya Workshop Anyaman dan Olahan Jali di Desa Palar

KLATEN-koranjateng.com
Desa Palar, Klaten, menyelenggarakan sebuah workshop kolaboratif yang memadukan kearifan lokal dan inovasi kreatif dalam kegiatan anyaman dan pengolahan jali. (24/07/205). 

Seluruh rangkaian acara diisi dengan semangat kebersamaan antar warga umum dan penyandang disabilitas. Kehadiran berbagai pihak, dari aparat desa hingga komunitas mahasiswa KKN, menjadi bukti betapa inklusi sosial dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat diwujudkan lewat pendekatan mendalam terhadap potensi alam dan budaya setempat.
Workshop ini lahir dari sinergi Pentahelix antara Pemerintah Desa Palar, mahasiswa KKN UIN RM Said Surakarta kelompok 219 dan 220, komunitas lokal, media, serta sektor swasta. Kolaborasi antar sektor ini dirancang untuk membuka peluang usaha baru dan menggali potensi kreatif warga. Dengan menggandeng berbagai pihak, Pemerintah Desa Palar menegaskan komitmennya untuk menciptakan ekosistem yang mendukung tumbuhnya inklusi sosial dan kemandirian ekonomi melalui pelatihan keahlian yang aplikatif dan berkelanjutan.
Acara dimulai dengan penanaman bibit tanaman jali di kebun TP PKK Desa Palar sebagai simbol upaya desa memanfaatkan lahan produktif untuk pemberdayaan dan kenang-kenangan KKN UIN RM Said. Upacara pembukaan dilakukan secara resmi oleh Kepala Desa Palar, Soni Efandi, yang hadir bersama perangkat desa dan anggota Badan Permusyawaratan Desa. Ketua TP PKK, Esti Rahayu, serta perwakilan Karang Taruna yang turut membantu pendampingan dan pelaksanaan kegiatan. Kehadiran Kepala Desa Tjokro, Heru Budi Santosa, beserta jajaran menambah semangat kolaborasi antar-desa yang diharapkan mendorong jejaring pemasaran produk unggulan lebih meluas.

Ruang workshop dipenuhi peserta yang antusias mempelajari teknik anyaman. Sesi anyaman dipandu oleh Sutiyono dari CRM Craft Surakarta, sosok praktisi berpengalaman yang mahir mengolah bahan lokal menjadi kerajinan bernilai tinggi. Sutiyono dengan sabar memaparkan tahapan mulai dari persiapan serat alami, pengepresan, hingga peracikan pola tenun. Peserta, termasuk mereka yang menggunakan kursi roda, diajak untuk langsung praktik merangkai rotan, eceng gondok, pelepah pisang, dan kertas daur ulang.
Metode pembelajaran yang dipilih mencakup pengenalan tekstur bahan, teknik tenunan dasar, serta penerapan pola tradisional dengan sentuhan modern. Setiap peserta berkesempatan untuk mengekspresikan kreativitasnya dalam motif anyaman. Hasil karya menampilkan keindahan nuansa tradisional dengan interpretasi kontemporer, membuktikan bahwa kerajinan desa bisa bersaing di pasar UMKM dengan branding yang kuat. Semangat gotong royong terlihat ketika peserta saling membantu merapikan pola anyaman yang belum sempurna.
Paralel dengan sesi anyaman, peserta mengikuti pelatihan pengolahan jali yang dipimpin oleh praktisi kuliner dari Jo Lali Jali Klaten. Sesi dimulai dengan demonstrasi ekstraksi butir buah jali, termasuk pembersihan dan pengeringan biji. Selanjutnya peserta diajak melakukan pengolahan jali menjadi puding kenyal dan wedang jahe jali rendah gula. Proses memasak, pengadukan komposisi, serta penambahan rempah jahe ditegaskan agar cita rasa tetap menyehatkan dan menarik secara visual.

Dalam sesi kuliner, peserta mempraktikkan takaran komposisi, teknik memasak, dan strategi penyajian. Mereka belajar membuat puding jali dengan tekstur kenyal yang memikat, serta meracik wedang jahe jali hangat yang cocok dinikmati di musim hujan. Antusiasme tampak ketika warga mencicipi langsung hasil olahan mereka. Diskusi berkembang ke arah diversifikasi produk minuman tradisional yang bisa dijual sebagai oleh-oleh wisata kuliner di Klaten dan sekitarnya. Hasil workshop memberikan gambaran potensi jali sebagai bahan pangan alternatif yang sehat, rendah kalori, dan kaya serat. 
Kepala Desa Palar, menekankan bahwa ruang seni dan ekonomi kreatif harus terbuka bagi semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas. Ia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, terutama Pemerintah Desa Tjokro yang merangkul kolaborasi lintas desa. Tawaran menampilkan produk Palar di bazar Festival Mewarnai Dunia pekan depan menambah semangat sinergi tersebut. Pertemuan lintas desa ini diharapkan menjadi cikal bakal jejaring kerjasama pemasaran produk unggulan. Kepala Desa Tjokro Heru Budi Santosa juga berkomitmen membuka dialog intensif guna pemasaran olahan jali 
Untuk mewujudkan keempat segmen tersebut, diperlukan aksesibilitas fisik yang memadai di ruang pelatihan, jalur distribusi produk yang efisien, serta kebijakan anggaran khusus untuk mendukung pelaku disabilitas. Soni Efandi menghimbau semua pihak untuk terus berinovasi meski dana terbatas. Ia optimis kualitas produk dan dokumentasi aktivitas inspiratif akan menarik perhatian pemerintah daerah dan pusat, sehingga desa bisa mendapatkan alokasi anggaran tambahan.

Keterbatasan dana memang menjadi tantangan utama. Namun, Kepala Desa Palar mengingatkan bahwa ketekunan, kualitas produk, dan kekompakan komunitas menjadi modal utama. Solidaritas antar-peserta memungkinkan mereka saling berbagi ilmu, bahan baku, dan jaringan pasar. Rencananya, setiap kelompok akan mendokumentasikan proses produksi dan kisah para pelaku usaha disabilitas, kemudian mempublikasikannya melalui media sosial dan portal desa untuk menarik minat investor lokal.

Workshop anyaman dan pengolahan 
Hasil workshop memberikan gambaran potensi jali sebagai bahan pangan alternatif yang sehat, rendah kalori, dan kaya serat. Peserta sepakat bahwa olahan jali bisa menjadi komoditas unggulan desa dengan packaging menarik. Desa Palar berpotensi menembus segmen pasar urban yang mencari kuliner sehat. Selain itu, komunitas disabilitas memperoleh keterampilan baru yang bisa dijalankan sebagai home industri, sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian.
Kepala Desa Palar, Soni Efandi, memberikan apresiasi tinggi terhadap semangat belajar dan kualitas karya warga. Dalam sambutannya, Dirinya juga menyampaikan rasa terima kasih pada para mahasiswa KKN UIN RM Said Surakarta yang berencana  menghadirkan gelaran puncak bersama karang taruna dalam menampilkan produk-produk unggulan hasil dari workshop dan pelatihan di bazar Palar Festival Mewarnai Dunia pekan depan guna menambah semangat sinergi kolaboratif dan meninggalkan kesan yang penuh makna atas suksesnya program KKN di Desa Palar.

Lebih lanjut pertemuan lintas desa ini diharapkan menjadi cikal bakal jejaring kerjasama pemasaran produk unggulan. Kepala Desa Tjokro Heru Budi Santosa juga berkomitmen membuka dialog intensif guna pemasaran olahan jali dan anyaman dari Desa Palar kelak di acara wisata Desa Tjokro. Rencana pengiriman produk, uji pasar, dan evaluasi kualitas juga disiapkan bersama. Kolaborasi antar-desa model Pentahelix ini diharapkan meningkatkan daya tawar produk lokal dan memperluas akses pasar di tingkat kabupaten bahkan provinsi.

Diskusi pengembangan berkelanjutan mengerucut pada empat segmen utama. Pertama, pengembangan kuliner sehat berbasis olahan jali untuk pasar urban dan wisata kuliner. Kedua, home industri anyaman dengan merek “Palar Craft Series” yang menonjolkan rotan, eceng gondok, dan kertas daur ulang. Ketiga, budidaya massal tanaman jali di salah satu lahan sawah bengkok yang dikelola oleh kelompok disabilitas. Keempat, penyelenggaraan wisata edukatif bagi pelajar dan turis untuk belajar langsung teknik anyaman dan olahan jali.
Untuk mewujudkan keempat segmen tersebut, diperlukan aksesibilitas fisik yang memadai di ruang pelatihan, jalur distribusi produk yang efisien, serta kebijakan anggaran khusus untuk mendukung pelaku disabilitas. Soni Efandi menghimbau semua pihak untuk terus berinovasi meski dana terbatas. Ia optimis kualitas produk dan dokumentasi aktivitas inspiratif akan menarik perhatian pemerintah daerah dan pusat, sehingga desa bisa mendapatkan alokasi anggaran tambahan.

Keterbatasan dana memang menjadi tantangan utama. Namun, Kepala Desa Palar mengingatkan bahwa ketekunan, kualitas produk, dan kekompakan komunitas menjadi modal utama. Solidaritas antar-peserta memungkinkan mereka saling berbagi ilmu, bahan baku, dan jaringan pasar. Rencananya, setiap kelompok akan mendokumentasikan proses produksi dan kisah para pelaku usaha disabilitas, kemudian mempublikasikannya melalui media sosial dan portal desa untuk menarik minat investor lokal.
Workshop anyaman dan pengolahan jali di Desa Palar membuktikan bahwa sinergi Pentahelix mampu menghadirkan inovasi sosial-ekonomi yang inklusif. Dari bahan alami sederhana dan tradisi budaya, muncul kreativitas yang ramah lingkungan, kuliner sehat dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Langkah kecil yang dimulai hari ini diharapkan menjadi lompatan besar menuju Desa Palar yang lebih kreatif, inklusif, dan berdaya saing tinggi. Semoga kebersamaan ini terus menumbuhkan kemajuan berkelanjutan bagi seluruh warga, tanpa terkecuali.

( Pitut Saputra )
Next Post Previous Post


Berita Pilihan :