Sindiran Pedas: SPPG Dinilai Kalah Sehat dari Warung Angkringan Pinggir Jalan


 

Kebumen, Koranjateng.com – Sebuah sindiran pedas tengah ramai diperbincangkan di kalangan masyarakat terkait keberadaan SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) yang justru dinilai kalah sehat dibandingkan dengan warung angkringan sederhana di pinggir jalan.


Ferdi Irawan, S.M. salah satu pengamat politik dan juga kebijakan publik menyoroti bahwa makanan yang diproduksi oleh SPPG kerap kali tidak memenuhi standar kebersihan maupun gizi yang seharusnya menjadi prioritas utama. Ironisnya, kondisi tersebut justru berbanding terbalik dengan angkringan tradisional, yang walau sederhana, dinilai lebih higienis, segar, serta ramah di kantong masyarakat.


Harusnya SPPG menjadi contoh penyedia makanan sehat, bersih, dan bergizi. Tapi faktanya, banyak orang justru lebih percaya makan di angkringan. Padahal angkringan itu hanya warung pinggir jalan” ungkap Ferdi, Kamis (25/9/2025).


Sindiran ini semakin menguat setelah beberapa siswa dan bahkan guru menjadi korban dugaan keracunan MBG. Sebaliknya, warung angkringan justru menawarkan menu yang sederhana namun bersih, dengan suasana akrab yang membuat pengunjung betah berlama-lama. Bahkan, beberapa kalangan menyebut angkringan lebih konsisten menjaga kepercayaan pelanggan dibandingkan SPPG.


Kalau di angkringan, kita bisa lihat langsung nasinya masih hangat, lauknya segar, dan harganya jelas. Sedangkan di SPPG dengan anggaran triliunan rupiah tiap tahunnya, tetapi masih ada aja yang diduga keracunan” tambahnya

Sikap pemerintah pusat yang tidak mau memberhentikan program MBG ini juga menjadi sorotan tajam ditengah kasus ribuan siswa diduga keracunan MBG.

"Kalau kita hanya menyalahkan pemerintah itu konyol, karena yang bekerja dilapangan itu mitra yang mendaftar sebagai pengelola dapur dan pemerintah mungkin tidak bisa mengawasi seluruh dapur produksi yang jumlahnya ribuan secara langsung 24 jam dalam sehari. Tapi kalo kita tidak mengingatkan pemerintah untuk memoratorium program MBG ini dan mempersiapkan dulu sarana dan prasarana program MBG ini juga kita terlalu tolol, membiarkan ribuan murid kesakitan saat makan MBG ditempat yang seharusnya menjadi tempat paling aman untuk tumbuh kembang dan masa depannya yaitu di sekolah" ucap Ferdi 


Terlebih sikap para elit politik maupun pejabat Indonesia yang masih jauh dari kata berkualitas dibandingkan dengan negara maju seperti jepang menjadi sorotan tambahan di tengah masyarakat yang akhir-akhir ini geram dengan tingkah laku para pejabat publik.

"Saya contohkan ya, dulu kalo tidak salah sekitar tahun 2021, seorang pejabat tinggi di negara jepang mengundurkan diri, namanya kalo tidak salah Makiko Yamada. Kalian tau alasannya kenapa?, Hanya karena ditraktir makan. Catat, hanya ditraktir makan dan beliau merasa malu karena telah melanggar aturan dinegaranya dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai juru bicara perdana menteri jepang. Kita bandingkan di negara kita. Ribuan murid kesakitan diduga keracunan, sikap pejabatnya gimana. Itu hanya contoh saja ya. Kalo kita membandingkan negara kita dengan jepang itu hanya perbuatan yang sia-sia. Karena di sini katanya paling religius, dan dinegara jepang seperti tidak punya tuhan. Tapi perilakunya malah berbanding terbalik, seakan mereka takut sekali sama tuhan" tutupnya 

Sindiran ini menjadi alarm bagi pengelola SPPG agar segera melakukan evaluasi total. Masyarakat berharap, ke depan SPPG benar-benar menjalankan fungsinya sebagai penyedia makanan sehat dan bergizi, bukan sekadar label.


(Ferdi Irawan, S.M.)


Previous Post


Berita Pilihan :