Perjuangan Produsen Tape Bertahan di Kerasnya Hidup

Perjuangan Produsen Tape Bertahan di Kerasnya Hidup 

KLATEN-koranjateng.com
Ayu Pamela, yang akrab dipanggil Ayu, menenun harapan dari lembar-lembar kehidupan sederhana sejak merantau dari Depok ke Klaten. Di balik pintu Sekata, kafe kecil yang ia dirikan, terdapat kebiasaan disiplin dan kerja keras yang dimulai sebelum matahari benar-benar terbit. Sekata bukan sekadar tempat menjual kopi atau camilan, nama itu adalah singkatan penuh makna, “Semua Karena Kita”, sebuah laboratorium gagasan dan dapur penciptaan yang menjadi tumpuan ekonomi keluarga kecilnya (25/09/2025). 

Rutinitas pagi Ayu dimulai dengan menyiapkan bahan dan memulai proses fermentasi tape, produk unggulan yang mengubah kecemasan menjadi penghidupan. Tape yang ia produksi bukan warisan resep turun-temurun, melainkan hasil kegigihan seorang otodidak. Dari menonton video daring, meniru teknik, lalu bereksperimen berkali-kali, Ayu menemukan formula rasa yang konsisten disukai pelanggan. Setiap kegagalan bukan alasan menyerah, melainkan pelajaran praktis yang memperkuat keteguhan usahanya.

Bagi Ayu, produksi tape lebih dari sekadar pembuatan makanan, tape adalah bahan fleksibel yang mampu hidup dalam banyak format kuliner. Di warung-warung angkringan dan restoran sekitar Dalangan, Ponggok, Polanharjo, dan Wunut, tape Sekata sering disulap menjadi es tape menyegarkan yang menjembatani tradisi kuliner dan selera modern. Ayu tak menunggu pelanggan datang, ia jemput bola. Pagi-pagi ia berkeliling mengantar pesanan dan meninjau titik penjualan, membangun hubungan langsung dengan pemilik warung sehingga produknya cepat dikenal dan dipercaya.

Keseharian Ayu adalah keseimbangan antara produksi dan pelayanan di kafe. Pagi hingga siang dipakai untuk mengawasi fermentasi, mencapai tekstur dan rasa yang tepat, lalu mengemas untuk distribusi. Siang hari ia harus berganti peran melayani pengunjung Sekata, memenuhi pesanan yang datang silih berganti. Sore adalah jeda berharga untuk mengumpulkan tenaga bagi hari esok. Pola kerja panjang ini mencerminkan realitas pelaku usaha mikro yang mengandalkan fisik, ketekunan, dan pengorbanan waktu setiap hari.

Jejak usaha Ayu bermula dari rasa ingin tahu dan keberanian mencoba. Saat tinggal bersama mertuanya sejak 2016, ia mengamati jajanan pasar yang laris dan memutuskan bereksperimen. Berbagai jenis jajanan dicoba sampai pada akhirnya ia menemukan magnet tersendiri pada tape, rasa khas dan kemampuannya diolah menjadi minuman atau kudapan membuat Ayu fokus mengembangkan produk ini. Bermodal kecil dan semangat belajar, Ayu memilih terjun sepenuhnya ke dunia kuliner.

Kreativitasnya tidak berhenti pada tape. Ayu juga bereksperimen dengan menu lain, termasuk mie gaul sejenis mie jablay bergaya Jawa Barat dengan topping nugget dan sosis, sebuah keberanian menabrak batas rasa konvensional demi menarik segmen pelanggan muda. Sekata menjadi ruang percobaan rasa, tempat menu-menu baru disempurnakan sebelum diluncurkan ke publik. Pendekatan ini menunjukkan fleksibilitas pemikirannya dalam mencari celah pasar dan memastikan daya tarik kafe tetap relevan.

Manajemen distribusi yang ia jalankan menunjukkan kemandirian instrinsik Ayu. Alih-alih menggantungkan pemasaran pada iklan mahal, ia membangun jaringan relasi dengan warung dan resto lokal yang menjadi kanal penjualan berkelanjutan. Hubungan personal ini mempercepat umpan balik pelanggan sehingga produk terus disempurnakan. Ketekunan Ayu dalam menjaga kualitas dan konsistensi membuat pelanggannya kembali lagi, sementara jaringan penjualan lokal menyediakan stabilitas tanpa beban biaya promosi besar.

Perjuangan Ayu juga diwarnai tantangan modal, logistik, dan tenaga. Mengantarkan tape dengan kendaraan sederhana, menanggung lelahnya ritme produksi, serta mengatur waktu antara operasional kafe dan produksi bukan perkara mudah. Namun kepuasan melihat pelanggan menikmati es tape pinggir jalan atau meningkatnya pesanan saat akhir pekan menjadi bahan bakar semangatnya. Sekata bukan sekadar usaha ekonomi, ia menjadi titik temu sosial, tempat tetangga, karyawan, dan pelanggan saling memberi dukungan moral.

Visi Ayu ke depan jelas dipaparkan sata ditemui awak media yang kebetulan mampir ke Sekata Cafe, yakni mempertahankan kualitas tape sambil mengembangkan varian produk dan memperluas jaringan distribusi. Ia membayangkan tape dikemas rapi sebagai brand lokal yang mewakili rasa rumah dan kreativitas akar rumput. Lebih jauh, Ayu ingin mentransfer keterampilannya kepada generasi muda agar pengetahuan fermentasi tradisional tidak punah tetapi terus berevolusi. Karenanya kedepan dirinya juga berencana bekerjasama dengan Sri Kumbang Resto guna membuat Workshop pembuatan puding pada oktober mendatang.

Kisah Ayu Pamela adalah bukti bahwa ketekunan, kreativitas, dan tindakan proaktif mampu mengubah kerentanan menjadi ladang penghidupan. Dari Bekasi ke Klaten, dari belajar lewat layar ke dapur produksi yang melayani warung dan resto, Ayu membuktikan bahwa keberanian mencoba dan kerja keras membuka peluang nyata. Sekata, lebih dari sekadar nama, menjadi simbol perjuangan perempuan perantau yang menenun kehidupan baru lewat cita rasa dan ketekunan. Jika kebetulan singgah di warung sekitar Janti, Ponggok, atau Wunut, cicipi es tape dan puding Sekata, yang segar, sederhana, dan manis seperti wajah sang produsennya.

( FX Winanta / Ipunk )
Next Post Previous Post


Berita Pilihan :