Diskusi Kebudayaan dan Kerakyatan di Kediaman Mbah Yai Saeran: “Benar dan Salah adalah Permainan Alam


Lamongan,koranjateng.com - Sebuah forum diskusi lintas komunitas digelar di kediaman

Mbah Yai Saeran, Guru Spiritual Lamongan. Acara ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat

antara lain FKPPAI Jawa Timur, Pelita UMKM, Milangkori, dan Cah Angon Lamongan. Diskusi

bertajuk “Nomor 8 Bundere Langit, Bundere Bumi, Presiden Kedelapan Pemegang Kekuasaan –

Benar dan Salah adalah Permainan Alam” ini membahas hubungan antara kebudayaan,

spiritualitas, dan sektor kerakyatan dalam menghadapi tantangan bangsa saat ini.

Harapan dan Arah Diskusi

Pembina sekaligus Ketua Pelita UMKM menyampaikan harapan agar forum ini “membawa

dampak positif dalam mempererat silaturahmi dan memperkuat sektor usaha kecil menengah.” (26/10/205)



Pertemuan ini mempertemukan tokoh budaya, agama, dan ekonomi dalam satu ruang dialog

yang menegaskan pentingnya blok kerakyatan dan blok kesejahteraan sebagai fondasi sosial

bangsa.

Pandangan Para Tokoh

Gus Lukman dari Padepokan Sunan Drajat Girinoto menyoroti kondisi bangsa saat ini.

Menurutnya, “semua sektor di negeri ini sudah hancur kecuali adat dan budaya.” Ia juga

mengingatkan bahwa kekuatan ulama yang tergoda kepentingan politik menjadi ancaman serius

bagi moral bangsa. Gus Lukman menegaskan, “ketika ulama bisa dibeli, negara akan hancur.”

Cak Nur Salim dari Cah Angon Lamongan menekankan pentingnya memulai perubahan dari

komunitas kecil. “Tuhan tidak memandang hasil, serendah-rendahnya orang pasti memiliki satu

ilmu. Yang penting bagaimana potensi kecil itu dimanfaatkan,” ujarnya.


 Ia menambahkan,

masyarakat sering bukan bodoh atau miskin, tetapi “dibodohkan dan dimiskinkan.”

M. Yamin dari FKPPAI Jawa Timur menggarisbawahi pentingnya silaturahmi dan kearifan lokal.

Ia menegaskan, “harus dimulai dari hal yang paling kecil. Toto titi mongso, jer basuki mawa bea.”

Ia juga mengingatkan bahwa di era sekarang, banyak orang rela “mematikan teman demi

unggul.”


Widhi Lamong, pembina Pelita UMKM, mengajak peserta untuk beranjak dari wacana menuju

tindakan. “Kondisi Indonesia, khususnya Lamongan hari ini, butuh aksi nyata karena pemikiran

sudah banyak dihimpun,” ujarnya.


Gus Huda Putra Sugio menyoroti pentingnya pembentukan habit atau kebiasaan baik dalam

masyarakat. “Sebuah perubahan bisa dimulai dari komunitas kecil, tapi habit adalah hal paling

fundamental. Sayangnya sistem yang mengendalikan habit itu sering tidak bisa dipercaya,”

katanya.


Penutup dari Mbah Yai Saeran

Dalam closing statement-nya, Mbah Yai Saeran menegaskan pentingnya berpikir dan berbuat

bagi kemaslahatan. “Komunitas yang hebat adalah komunitas yang banyak berpikir dan

bermanfaat. Presiden kedelapan nanti adalah pamungkas yang harus menyelesaikan segala

persoalan,” tuturnya.


Beliau menambahkan refleksi spiritual bahwa tubuh manusia adalah dunia kecil yang harus

bertanggung jawab atas tujuh langit dan tujuh bumi yang diamanahkan kepadanya. Dengan

tembang khasnya, beliau menutup pertemuan dengan pesan sederhana namun mendalam: “Ora

gampang urip ning alam dunyo.”

Kesimpulan

Diskusi lintas komunitas ini menjadi wadah sinergi antara spiritualitas, budaya, dan ekonomi

kerakyatan. Melalui semangat kebersamaan dan kesadaran akan tanggung jawab sosial,

diharapkan akan lahir langkah konkret bagi kebangkitan moral, budaya, dan ekonomi rakyat

kecil sesuai semangat UUD 1945 dan nilai luhur bangsa.




(Iswanto)

Next Post Previous Post

Hot News Today