Puluhan warga menggelar audiensi di Gedung DPRD Kebumen. Mereka menuntut keterbukaan anggaran dan pelayanan publik yang lebih manusiawi
Kebumen, Koranjateng.com – (6/10/2025)
Puluhan warga dari berbagai kecamatan di Kabupaten Kebumen mendatangi Gedung DPRD setempat untuk menyampaikan aspirasi dan menagih hak konstitusi mereka. Audiensi yang awalnya berlangsung tenang berubah menjadi penuh emosi ketika warga menyoroti penggunaan dana publik yang dinilai tidak transparan.
“Kami lelah membayar pajak tapi tidak pernah tahu uang itu ke mana. Kami ke sini bukan untuk ribut, tapi menuntut hak kami,” ujar salah satu warga dengan suara tegas.
Keluhan itu mencerminkan kekecewaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah daerah yang dianggap belum berpihak pada kebutuhan rakyat kecil.
Ketua DPRD Kebumen yang hadir dalam pertemuan itu menyampaikan permohonan maaf dan menegaskan kesiapannya untuk menampung aspirasi warga.
“Kami siap mendengarkan dan mengevaluasi kebijakan yang dirasa belum tepat. Suara masyarakat akan kami jadikan bahan pertimbangan dalam pembahasan RAPBD,” ujarnya.
Namun bagi warga, janji keterbukaan saja belum cukup. Mereka meminta bukti nyata dalam bentuk alokasi anggaran yang benar-benar menyentuh sektor prioritas seperti kesehatan, pendidikan, dan pelayanan dasar.
Kirana, koordinator audiensi, menegaskan harapan agar RAPBD 2026 tidak hanya menjadi dokumen administratif, melainkan wujud keberpihakan pemerintah terhadap rakyat.
“Kami tidak ingin audiensi ini cuma seremonial. Kami ingin RAPBD 2026 berpihak pada rakyat, bukan pada kepentingan politik,” tegasnya.
Sorotan juga tertuju pada pelayanan publik, khususnya rumah sakit daerah yang disebut melakukan “efisiensi berlebihan” hingga fasilitas dasar bagi pegawai terbatas.
“Kalau tenaga kesehatan saja kekurangan alat dan fasilitas, bagaimana rakyat bisa dapat layanan yang manusiawi?” ucap salah satu peserta.
Ustadz Mundir dari Forum Bersama Rakyat Kebumen turut mengingatkan bahwa potensi penurunan dana transfer pusat tahun depan harus diantisipasi dengan kebijakan yang lebih bijak dan transparan.
Audiensi tersebut diakhiri dengan pesan moral yang kuat: rakyat datang bukan untuk melawan, melainkan untuk mengingatkan bahwa kekuasaan tanpa keberpihakan hanyalah kemewahan tanpa makna.
(Puspo Lukito)