Galungan Perayaan Kemenangan Dharma atas Adharma.
Klaten, koranjateng.com - Hari ini adalah Penampahan Galungan atau persiapan ritus dan penyucian sebelum tradisi Galungan dilaksanakan pada esok hari, Rabu 19 November 2025, hari yang penuh kebahagiaan dan keberkahan, khususnya bagi umat Hindu Nusantara, dimanapun berada karena merupakan puncak Hari Raya Galungan (18/11/2025).
Galungan dan Kuningan sendiri adalah detik hening yang menjadi denyut kehidupan bagi umat Hindu Nusantara. Dalam kerlip penjor yang menunduk di halaman rumah, dan wangi canang yang menyelimuti pura, tersimpan ajaran tentang kemenangan kebaikan, penghormatan kepada leluhur, dan janji kolektif untuk hidup selaras dengan alam dan sesama. Perayaan ini bukan sekadar rangkaian ritual, melainkan sebuah teks hidup yang dibaca ulang setiap 210 hari untuk mengingatkan manusia pada tugas moralnya.
Galungan menandai hari ketika roh leluhur dipercayai turun ke bumi untuk berjumpa dengan keluarga mereka. Hari itu dirayakan dengan sukacita, doa, dan sesaji yang ditata rapi sebagai ungkapan rasa syukur dan permohonan berkat. Sepuluh hari kemudian, Kuningan menjadi saat momentum perpisahan, roh kembali ke alam leluhur dengan rasa terima kasih dan ketentraman. Siklus ini menegaskan kehidupan sebagai lintasan yang berhubungan terus-menerus antara yang tampak dan yang tak tampak, antara generasi yang hidup dan yang sudah berpulang.
Inti Galungan terletak pada konsep dharma, kebenaran, tata tertib, dan kewajiban moral. Perayaan ini merayakan kemenangan dharma atas adharma, bukan sebagai mitos tetapi sebagai panggilan untuk tindakan harian. Di tengah kesibukan modern, Galungan mengajak setiap individu menilai kembali kata, sikap, dan perbuatan, apakah sudah menyuburkan kebaikan atau justru menimbulkan kerusakan? Melalui doa dan introspeksi, umat meneguhkan komitmen untuk hidup yang penuh tanggung jawab, hormat, dan kasih.
Penjor, canang, dan sesajen bukan sekadar hiasan, mereka adalah bahasa simbolik yang mudah dibaca oleh hati. Penjor yang melengkung ke langit adalah tanda syukur dan pengorbanan yang diarahkan ke Sang Pencipta. Canang yang diletakkan di pelinggih atau di atas meja makan adalah pernyataan kecil, setiap hari adalah kesempatan untuk memberi. Sesajen yang disusun rapi menegaskan keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan kewajiban spiritual. Kunjungan ke pura dan berkumpul bersama keluarga mempertebal rasa saling memiliki dan merawat tradisi yang menjadi benang pengikat komunitas.
Galungan dan Kuningan merevitalisasi gotong royong. Persiapan upacara menggerakkan tetangga untuk bekerja bersama, membuat penjor, menyusun canang, memasak hidangan khas, dan membersihkan pekarangan pura. Aktivitas itu memperkuat solidaritas banjar, mengajarkan generasi muda tentang tanggung jawab kolektif, dan menjaga keterampilan tradisional agar tidak hilang. Di sisi lain, ekonomi lokal juga terangkat melalui permintaan bahan upakara, janur, dan hasil kerajinan, sebuah pengingat bahwa ritual budaya dan kesejahteraan komunitas saling terkait.
Refleksi antara tradisi dan masa kini,
di era digital dan mobilitas yang tinggi, Galungan menawarkan rem sosial, saat di mana keluarga menahan diri dari kesibukan untuk hadir bersama, berbagi cerita, dan menatap kembali jejak leluhur. Bagi generasi muda, perayaan ini bisa menjadi jembatan antara kearifan lokal dan tantangan modern. Dengan cara yang sederhana namun kuat, ritual mengajarkan kesederhanaan, tanggung jawab lingkungan, dan penghargaan terhadap waktu bersama. Nilai-nilai ini relevan sebagai penawar konsumtivitas yang kerap menyurutkan makna kebersamaan.
Keindahan Galungan bukan pada kemewahan simbol, tetapi pada ketulusan niat. Ketika seorang ibu menata canang dengan telaten, atau ketika tetangga menumpangkan tenaga untuk merangkai penjor, terlihat bahwa keagungan upacara lahir dari kebersamaan kecil yang berulang. Kesucian demikian memberi ruang bagi setiap orang untuk berkontribusi, belajar, dan merasakan keterikatan batin terhadap yang lebih besar.
Galungan dan Kuningan adalah pendaran harapan yang menyinari kehidupan bersama, pengakuan atas keberlanjutan generasi, penguatan nilai moral, dan perayaan hubungan antara manusia dengan alam dan leluhur. Ketika penjor melambai di tepi jalan dan canang menambah harum udara, kita diingatkan bahwa tradisi mampu mengajarkan sesuatu yang tak tergantikan oleh kemajuan teknis, yaitu, bagaimana merawat hati bersama. Dalam setiap doa dan sesajen tersimpan pesan sederhana namun mendalam, hidup yang bermakna adalah hidup yang dipenuhi dengan rasa syukur, tanggung jawab, dan cinta yang dibagi. Semoga makna itu tetap hidup di setiap rumah dan menjadi warisan yang berkesan bagi generasi mendatang.
Berikut adalah jadwal rangkaian upacara tradisi dalam perayaan Galungan dan Kuningan, Penampahan Galungan jatuh pada Selasa, 18 November 2025 sebagai persiapan ritus dan penyucian, diikuti Hari Raya Galungan pada Rabu, 19 November 2025 sebagai puncak perayaan syukur, lalu Umanis Galungan pada Kamis, 20 November 2025 untuk berbagi kebahagiaan dan menjalin kebersamaan, kemudian rangkaian untuk Kuningan dimulai dengan Penampahan Kuningan pada Jumat, 28 November 2025 sebagai persiapan terakhir, dan ditutup oleh Hari Raya Kuningan pada Sabtu, 29 November 2025 sebagai saat memohon berkah, mengingat leluhur, serta menyegarkan komitmen spiritual dan sosial komunitas.
Akhirnya dengan penuh rasa syukur dan harapan, saya Pitut Saputra, Kepala Perwakilan Wilayah Provinsi Jawa Tengah Koranjateng, mewakili keluarga besar Koranjateng.com dan manajemen PT Rajawali Bersaudara Indonesia, mengucapkan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan kepada semua yang merayakan, semoga nilai-nilai kebaikan dan kebijaksanaan senantiasa menyinari langkah kita, dan pikiran yang baik lahir dari setiap penjuru, serta keberkahan serta kedamaian selalu menyertai keluarga, komunitas, dan negeri ini.
( Pitut Saputra )
