Watergong Resto Oase Kuliner dan Pariwisata Polanharjo


 KLATEN-koranjateng.com - Di balik ricuhnya kehidupan desa dan hamparan sawah yang tenang, ada sebuah cerita kecil tentang harapan yang tumbuh dari kepedulian. Watergong Resto, yang kini dikenal sebagai Oase Kuliner dan Pariwisata di Karanglo Ponggok, bukan hanya sekedar tempat makan atau kolam renang. Ia lahir dari tangan tangguh Bagong Margono dan warga sekitar, sebuah transformasi yang membawa sungai Gejikan kembali bernafas, membersihkan luka-luka lama, dan mengembalikan fungsinya sebagai sumber kehidupan serta kebahagiaan komunitas (05/11/2025).


Awalnya, tidak ada mimpi besar tentang restoran atau destinasi wisata. hanya ada satu langkah sederhana, yakni membersihkan sungai di dekat rumah. Bagong melihat sampah menumpuk, air yang keruh, dan kebiasaan membuang limbah ke sungai yang sudah mendarah daging. Ia memulai hal yang tampak sepele, memunguti sampah, mengajak tetangga untuk membuang sampah pada tempatnya, menanamkan kesadaran bahwa sungai bukan tempat sampah. Perubahan budaya seperti itu tidak datang dalam semalam. Ia menghadapi cemoohan, kebiasaan lama, bahkan kerap disalahpahami. Namun kegigihan Bagong perlahan membuka mata banyak orang.


Saat sungai mulai jernih, kebiasaan lama berubah menjadi momen berbagi. Warga yang dulu sekadar mandi di aliran itu kini mulai ikut menjaga dan merawatnya. Beberapa wisatawan yang lewat merasa tersentuh oleh suasana yang bersih dan asri, lalu memberi imbalan kecil sebagai tanda terima kasih atas kebersihan yang mereka nikmati. Itu adalah titik balik, bukan karena uang yang dicari, melainkan karena melihat hasil nyata dari perbuatan baik. Dari situ lahir ide untuk menata area di sekitarnya, menambah fasilitas, menanam pohon, dan merapikan bantaran sungai agar nyaman bagi keluarga yang ingin bersantai.


Bagong, yang memang mencintai ikan, menambahkan nila dan koi ke dalam kolam-kolam alami yang ada. Menyaksikan warna-warni ikan berenang pelan memberi ketenangan tersendiri bagi pengunjung. Anak-anak berdecak kagum saat memberi makan ikan, pasangan duduk bersisian menikmati suara air dan pepohonan, nenek-nenek menghela nafas lega di bawah rindang pohon. Rekomendasi dari mulut ke mulut membawa lebih banyak pengunjung sehingga kian membuka peluang untuk menata lebih rapi lagi. Awalnya biaya masuk hanya seribu rupiah, kemudian dinaikkan menjadi lima ribu rupiah setelah fasilitas dasar tersedia. Pendapatan itu kemudian menjadi mesin kecil yang memutar roda ekonomi setempat.


Dalam waktu kurang dari lima tahun, Watergong Resto berkembang menjadi lebih dari sekadar resto tepi sungai. Area diperluas, resto dibangun dengan menu andalan ikan segar hasil tangkapan lokal, dan kolam renang ramah anak serta dewasa ditambahkan untuk melengkapi pengalaman. Setiap sudut diurus dengan telaten, meja kayu yang sederhana, genggaman bambu di pagar, dapur yang mengepul aroma rempah, serta tawa riang anak-anak yang bermain di air. Resto ini kini menjadi sumber penghidupan bagi banyak keluarga. Warga setempat menjadi karyawan, pemasok bahan baku, hingga pelayan yang menyambut tamu dengan senyum tulus. Pendapatan yang mengalir ke desa bukan hanya membuat hidup lebih layak, tetapi juga menguatkan rasa kebersamaan.


Yang paling menyentuh dari kisah ini adalah bagaimana perubahan kecil merawat martabat lingkungan sekaligus memberi berkah bagi banyak insan. Alam yang dirawat tak hanya memberi pemandangan yang elok, ia memberi penghidupan nyata. Bagong sering mengingatkan bahwa sungai adalah sumber kehidupan para petani, tempat bermain anak-anak, dan ruang berkumpul warga. Menjaga sungai berarti menjaga masa depan dan kedaulatan pangan serta keceriaan generasi berikutnya.


Pesan Bagong sederhana namun mendalam, pertahankan kebiasaan baik untuk tidak membuang sampah di sungai. Ia berharap tradisi merawat dan membersihkan sungai akan tetap hidup di hati masyarakat. Ia tahu, menjaga alam adalah pekerjaan bersama yang menuntut konsistensi dan kepedulian antar generasi. Di setiap meja Watergong, di setiap kolam tempat ikan berenang, dan di tiap aliran air yang kini mengalir jernih, tersimpan harapan bahwa perubahan itu mungkin, bila ada yang berani memulai.


Watergong Resto Oase Kuliner dan Pariwisata Polanharjo adalah cermin dari satu kebenaran, kebaikan yang dimulai dari satu hati bisa menyebar dan mengubah banyak hidup. Dari sampah yang dibersihkan hingga ikan yang berenang riang, dari senyum pengunjung hingga rupiah yang mengalir kembali ke desa, semua itu adalah bukti bahwa alam yang dijaga akan memberikan kembali jauh lebih banyak daripada yang kita berikan. Semoga kisah ini menginspirasi desa-desa lain untuk menemukan oase mereka sendiri, dan semoga sungai-sungai lain juga menemukan mereka yang rela berjuang demi masa depan yang lebih bersih, lebih adil, dan lebih penuh berkah.


( FX Winarno Ipunk )

Next Post Previous Post

Hot News Today