Fenomena Hoax BBM Kembali Merebak.
Fenomena Hoax BBM Kembali Merebak.
JATENG-koranjateng.com-
Belakangan ini ramai beredar kabar di medsos terkait kabar pengisian BBM gratis di SPBU Pertamina pada tanggal 29 dan 30, hal ini tentunya memicu keresahan diberbagai kalangan yang sangat menyayangkan terjadinya fenomena Hoax tahunan tiap kali pertengahan bulan Februari tersebut.(11/02/2025)
Dalam sebuah unggahan akun medsos bahkan terang-terangan akun bernama @Neng Ratu yang menghimbau masyarakat untuk datang SPBU pada tanggal tertera,
"Aina nefa tgl 29 30 31 Wara BBM gratis...Aina nefa Mai mena...di pom-pom terdekat" unggahnya, namun tidak disebutkan tahun dari pengumuman tersebut, hoax's lama ini tentunya memicu beragam tanggapan dari masyarakat.
Agus STP seorang pensiunan Polisi mengatakan "Meski terkesan sebagai lelucon ringan, hoaks BBM gratis 29-30 Februari tersebut, tetap memiliki dampak negatif, ini bisa menimbulkan kebingungan dimasyarakat, harapan palsu yang berujung pada kekecewaan, dan bahkan berpotensi kerugian jika ada pihak yang mencoba memanfaatkan situasi ini untuk penipuan." paparnya
Lebih jauh dikatakan, "penyebaran hoaks secara terus-menerus dapat menggerus kepercayaan publik terhadap informasi di medsos maupun platform-platform online, bahkan juga terhadap lembaga resmi seperti Pertamina, dan yang terparah adalah kemarahan publik akibat kekecewaan, sebab kondisi politik dan perekonomian saat ini sedang susah, dengan banyaknya pemangkasan anggaran yang menyebabkan efisiensi di berbagai bidang dan kesulitan lapangan pekerjaan, sudah banyak pegawai di beberapa sektor yang terpaksa dirumahkan, ditambah beban hidup yang makin berat masih dihadapkan pada guyonan yang tidak lucu, ini menjadi miris, bagi saya bila merasakan ulah oknum Netizen +62, "jelasnya.
Ditambahkan lagi menurutnya, kalaupun ada beberapa oknum yang kecewa mungkin dengan statement Mentri ESDM misalnya yang belakangan kontroversial dengan statement-statementnya, saya pikir tidak harus dibalas dengan Hoax's, semestinya dipaparkan argumentasi dan alasan atau alibi ketidakpuasannya karena apa secara akademis dan ilmiah berdasarkan fakta dilapangan bukan dengan penyebaran hoax's seperti tersebut, "pungkasnya.
Topik seorang penjual wedangan mengetahui berita yang beredar di medsos maupun WAG tersebut mengatakan "kok berita hoak seperti ini tidak diblokir sama pemerintah ya mas, tanya'nya, ini kan meresahkan dan membuat orang-orang seperti kami ini terkadang jadi korban penipuan maupun korban prank, sebab kita kan juga ga semuanya tahu kalau bukan februari itu hanya sampai tanggal 28, kecuali tahun kabisat 4 tahun sekali baru sampai tanggal 29 Februari, nah kan orang awam banyak yang tidak tau terkait persoalan ini kemudian info yang beredar ditelan mentah mentah dan di share-share ke yang lain hingga jadi viral dan menyebar luas, ini kan kasihan membuat gaduh dikalangan masyarakat kecil," paparnya polos.
Terpisah Basryan salah seorang Pimred dari salah satu media online mengatakan mengatakan "Fenomena hoax di Indonesia berupa penyebaran berita palsu dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, hoax tersebut dapat memecah belah persatuan bangsa, memicu konflik, dan merugikan masyarakat. "jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan "Penyebab hoax, adalah rendahnya literasi digital, bebasnya akses membuat akun media sosial, serta masyarakat yang mudah percaya berita yang belum jelas sumbernya, kecenderungan masyarakat juga tidak membaca keseluruhan isi berita, dan malah banyak diantaranya mencari pembenaran atas apa yang diyakininya benar, dari berita yang faktanya tidak benar tersebut, dampak hoax tentunya menimbulkan keresahan masyarakat, kerugian finansial, rusaknya reputasi individu dan organisasi, berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, serta memicu terjadinya konflik terhadap suku, ras, agama, dan politik, karenanya diperlukan cara-cara mengatasi hoax tersebut, diantaranya yakni meningkatkan kesadaran tentang bagaimana hoax dan informasi palsu menyebar di media sosial, saring sebelum sharing berita atau info, laporkan informasi palsu kepada platform media sosial yang bersangkutan, serta teliti dalam membaca info diinternet, gunakan fitur pelaporan yang disediakan oleh platform-platform media sosial, perbanyak literasi digital, juga gunakan daya pikir serta logika agar tidak mudah terprovokasi, bagi masyarakat yang sudah terlanjur menerima dan menyebarkan berita tersebut sebaiknya di hapus daripada menimbulkan masalah." pungkasnya.
( Pitut Saputra )