Launching Kopdes Merah Putih Membawa Berkah Tersendiri Bagi Warga

Launching Kopdes Merah Putih Membawa Berkah Tersendiri Bagi Warga 

KLATEN - koranjateng.com 
Peluang ekonomi muncul begitu sungguh di antara gegap gempita peluncuran Kopdes Merah Putih yang dihadiri Presiden Prabowo Subianto. Media arus utama ramai memberitakan momen bersejarah itu sedangkan ribuan tamu undangan dan pengunjung membanjiri lokasi. Penyediaan shuttle bus resmi memudahkan tamu berpindah dari area parkir menuju panggung peresmian namun dibalik itu ada pemandangan lain yang tidak kalah menarik (21/07/2025).

Di pojok-pojok titik parkir dan di sisi jalan setapak mengular barisan para pengendara sepeda motor. Mereka adalah warga lokal dan beberapa driver online aplikasi yang mematikan smartphone dan menggantungkan diri pada peluang sesaat saat itu. Dengan sigap mereka menawarkan jasa antar jemput hingga ke titik parkir yang berjarak cukup jauh dari venue. Tawaran itu disambut hangat para pengunjung yang mulai lelah menapaki trotoar dan jalan berbelok belok.



Bagi sebagian tamu jarak satu hingga dua kilometer tampak remeh saat diukur dengan kendaraan bermotor. Namun bila dihitung dengan langkah kaki berulang kali, maka akan terasa melelahkan, terutama bagi lansia dan keluarga yang membawa anak kecil. Ojek dadakan ini menjadi angin segar tanpa harus menanti giliran shuttle bus gratis. Suasana ramai itu menimbulkan pasar informal yang melesat dalam hitungan detik, kaum pengendara motor memanfaatkan spotlight sesaat sebelum keramaian reda.

Tarif sekali antar berkisar antara tiga puluh ribu hingga lima puluh ribu rupiah per orang. Bagi tamu undangan biaya tersebut dirasa wajar demi menekan kelelahan dan mempercepat mobilitas. Seorang ibu yang datang bersama rombongan menuturkan bahwa lebih baik mengeluarkan uang sejumlah itu daripada harus menahan pegal dan kehilangan momentum acara utama. Transaksi berlangsung tunai dan tanpa kontrak formal, kesepakatan terjadi di bibir jalan menjelang berangkat ke antrian parkir bus.


Di antara para penyedia jasa kilat itu ada Rhus seorang driver ojek online yang sengaja mematikan aplikasi sejak pagi. Ia mengaku pendapatan via aplikasi tidak sebanding dengan lonjakan permintaan yang muncul hari ini. Dengan memilih berada di sudut pojok dekat pintu masuk parkir utama ia berhasil melayani lebih dari dua puluh penumpang dalam waktu lima jam. Jika dirata rata tarif empat puluh ribu rupiah uang tersebut jauh melampaui penghasilan satu hari penuh di aplikasi.

Kawan­-kawannya sesama driver aplikasi ojol, juga merasakan berkah yang sama. Begitupun masyarakat sekitar yang ikut juga menjadi tukang ojek dadakan. Mereka menyebut hari ini sebagai hari panen rezeki yang tidak diprediksi. Ada yang bergantian berdiri di samping gerbang parkir ada pula yang bersiaga di posko darurat penjualan air mineral dan makanan ringan. Kolaborasi spontan tanpa perencanaan teknis ini justru menandakan betapa lincahnya ekonomi rakyat memanfaatkan momentum besar.


Bukan hanya ojek dadakan yang kebagian berkah. Pedagang keliling makanan tradisional kopi dan minuman dingin memenuhi sudut jalan dengan gerobak dan tas punggung. Setiap kali shuttle bus resmi tiba di depot, penjual itu diserbu pembeli yang haus dan lapar. Omzet mereka melonjak berkali kali lipat dibanding hari biasa. Ada yang meraup pendapatan antara satu hingga dua juta rupiah dari hasil berjualan singkat namun padat.

Beberapa warga sekitar sempat mengeluhkan kemacetan dan gangguan aktivitas sehari hari menjelang acara. Beberapa sekolah memutuskan libur satu hari dan kantor desa menata ulang jadwal pelayanan. Namun bagi warga yang gesit gangguan itu terbayar lunas dengan tambahan penghasilan tak terduga. Ibu rumah tangga yang tak kalah gesit menjalankan jualan produk kerajinan UMKM dan kuliner, menjual makanan ringan dan kopi instan untuk para driver dan sopir bus membuat hari yang semula melelahkan menjadi ladang rezeki spontan.


Fenomena ini menggambarkan kekuatan ekonomi event driven di level mikro. Pasar informal tumbuh bak jamur di musim hujan ketika dibutuhkan. Kesiapan warga untuk turun tangan seketika menunjukkan fleksibilitas dan kreativitas lokal. Meskipun skala usaha sangat sederhana kesadaran memanfaatkan peluang itulah yang memberi dampak nyata bagi orang per orang. Pada akhirnya nilai ekonomi serupa ini sering luput dari radar perencanaan formal.


Belajar dari pelajaran hari ini, penyelenggara acara dan pemerintah desa dapat merancang integrasi lebih baik antara layanan resmi dan ekonomi warga. Legalitas sederhana bagi ojek lokal bisa diberi tanda pengenal agar layanan terorganisir tanpa menghilangkan keberhasilan informal. Area pedagang dadakan juga bisa ditata rapi dengan izin sekali peristiwa sehingga keamanan dan kebersihan tetap terjaga sekaligus membuka potensi pemasukan untuk kas desa.

Pelatihan singkat bagi warga terkait layanan pariwisata kilat seperti pemandu lokal penyedia transportasi dan penyaji kuliner maupun terkait keselamatan penumpang, sesaat dapat menambah nilai tambah. Dengan demikian setiap gelaran besar tidak hanya memberi euforia semata tetapi juga manfaat berkelanjutan untuk seluruh masyarakat. Modal utama adalah komunikasi terbuka antara panitia pusat pemerintah desa dan komponen warga yang sigap.



Di balik kemegahan peresmian Kopdes Merah Putih dan keramaian pengawalan presiden ternyata tercipta ekosistem ekonomi mikro spontan yang memutar roda perekonomian masyarakat. Ojek dan pedagang dadakan menemukan momentumnya dalam hitungan jam. Semoga momentum yang belum tentu sekali setahun ini mampu menjadi pijakan bagi perencanaan kedepan panitia dalam penyelenggaraan kegiatan yang lebih matang sehingga ke depan setiap warga memiliki akses adil atas kesempatan bernilai ekonomi dalam setiap acara besar di desa mereka.

( Pitut Saputra )
Next Post Previous Post


Berita Pilihan :