Hujan Seharian Anugrah atau Bencana
KLATEN-koranjateng.com - Hujan sering datang sebagai berkah sekaligus peringatan. Di satu sisi ia menyuburkan sawah, menghidupkan sumur yang mengering, dan menambah penghasilan bagi pelaku usaha tertentu, di sisi lain ia bisa memicu banjir, merusak infrastruktur, menghambat aktivitas ekonomi, dan menempatkan keselamatan jiwa dalam risiko. Perubahan musim yang semakin tak menentu membuat datangnya hujan sering tiba-tiba dan sulit diprediksi. Oleh karena itu, selain mensyukuri manfaatnya, kita perlu menumbuhkan budaya kehati-hatian dan penghormatan terhadap alam sejak dini (13/11/2025).
Ketika hujan turun seharian, manfaatnya terasa jelas bagi petani yang mengandalkan lahan sawah tadah hujan. Sawah yang sebelumnya kering kembali hijau, tanaman mendapat pasokan air, dan biaya pengairan bisa berkurang. Pelaku ekonomi digital seperti pengemudi ojek online juga bisa merasakan berkah, intensitas pesanan naik karena orang cenderung memilih pesan antar ketimbang keluar rumah. Ojek payung, penjual minuman hangat, serta pedagang makanan yang mampu menyesuaikan layanan dengan kebutuhan pelanggan hujan turut mendapatkan peluang ekonomi.
Agus Gogon atau akrab dipanggil Si Black oleh rekan-rekannya, seorang driver online roda 2 mengatakan pada awak media dirinya memang merasakan peningkatan intensitas order yang melimpah bila cuaca sedang hujan, “Bisa 3 atau 4 kali dari pendapatan di hari biasa mas, itulah sebabnya kalau hujan, saya selalu bahagia dan bersemangat, karena bisa mencari kebutuhan rumah tangga lebih cepat dan lebih banyak” paparnya
Namun berkah itu dibarengi potensi bahaya nyata. Sungai dan saluran air yang dipenuhi sedimentasi dan sampah mudah meluap saat hujan lebat. Jalanan menjadi licin dan lubang tersembunyi di bawah genangan mengancam pengendara, khususnya pengemudi ojol yang sering menerjang hujan demi memenuhi target harian. Penglihatan terganggu oleh cipratan air dan kabut, penglihatan yang menurun meningkatkan risiko kecelakaan. Bagi warga bantaran sungai, ancaman naiknya debit air menuntut kesiapsiagaan konstan, evakuasi yang terlambat dan kurangnya jalur aman bisa berakibat fatal.
Kewaspadaan harus diterapkan di semua level. Pengemudi ojol perlu memprioritaskan keselamatan daripada mengejar order. Memakai jaket pelindung, alas kaki yang tidak licin, dan helm yang aman wajib disertakan, selain itu, mengurangi kecepatan, menjaga jarak aman, dan menghindari genangan besar perlu menjadi kebiasaan saat hujan. Bila jalan tampak berlubang di bawah permukaan air, lebih bijak memutar atau menunggu kondisi lebih aman daripada mengambil risiko. Perusahaan platform dan komunitas pengemudi juga bisa berperan, mengedukasi, menyediakan insentif keselamatan, dan menyiapkan dana atau asuransi darurat untuk pengemudi yang mengalami kecelakaan.
Untuk komunitas yang tinggal di dekat sungai atau saluran drainase, pemantauan debit air dan kesiapan rencana evakuasi adalah keharusan. Membentuk posko siaga warga, menyiapkan jalur evakuasi yang jelas, dan memastikan anak-anak serta lansia tahu prosedur keselamatan bisa mengurangi panik dan kerugian ketika banjir datang. Pemerintah desa dan kelurahan harus memfasilitasi informasi cuaca sederhana dan peringatan dini, serta bekerja sama dengan warga untuk menjaga kebersihan sungai agar aliran tidak terhambat.
Kebiasaan membuang sampah sembarangan memperparah dampak hujan. Sampah yang terkumpul di saluran dan got menyebabkan penyumbatan sehingga air sulit mengalir dan lebih mudah meluap. Mengubah perilaku ini membutuhkan pendekatan berkelanjutan, pendidikan lingkungan sejak dini, penyediaan fasilitas pembuangan sampah yang memadai, serta penerapan sanksi sosial atau administratif bagi pelanggar. Program bank sampah, kampanye pilah sampah, dan kegiatan gotong royong pembersihan saluran bisa menjadi langkah praktis yang mendorong kepedulian kolektif.
Di tingkat ekonomi mikro, pedagang kecil mengalami dampak beragam. Ada yang rugi karena pembeli berkurang dan dagangan rusak oleh air, sementara yang lain menemukan peluang dengan menyesuaikan layanan, misalnya menjual makanan yang tahan basah, menyediakan layanan antar, atau menempatkan dagangan di lokasi yang terlindungi. Kunci bagi pelaku usaha adalah fleksibilitas dan kesiapan proteksi, menyiapkan tenda anti-air, penyimpanan aman untuk bahan baku, serta perencanaan alternatif jika lokasi berisiko.
Ndomex salah seorang penjual susu segar di pinggiran kali di jalan eks pabrik karung Delanggu menyatakan
“Sebenarnya dibilang berkah juga enggak, namun dibilang sepi juga tidak, sebab bila kondisi hujan memang kita mengantisipasi pelanggan dengan order online, namun begitu untuk pelanggan yang mau membeli langsung memang berkurang drastis, mereka memilih menunggu hujan reda atau order online bila kondisi hujan, jadi ya secara intensitas order memang ada peningkatan di sisi transaksi online namun kalau pada transaksi langsung di tempat terbilang agak menurun, maka ya menurut saya lebih enak di kondisi tidak hujan kalau berjualan” papar Ndomex
Secara personal, keputusan setiap individu menentukan konsekuensi yang akan ditanggung. Mengutamakan keselamatan diri dan keluarga lebih bijak daripada mengejar keuntungan sesaat yang mengabaikan risiko. Biaya kesehatan akibat kecelakaan atau penyakit yang dipicu banjir seringkali lebih besar daripada keuntungan ekonomi sementara. Oleh karena itu, proteksi baik berupa asuransi kesehatan, dana darurat, maupun penerapan prosedur keselamatan, harus menjadi bagian dari perencanaan hidup, terutama bagi mereka dengan pekerjaan berisiko tinggi saat hujan.
Menghadapi hujan yang semakin tak terduga membutuhkan sinergi antara sikap individu, komunitas, dan kebijakan publik. Edukasi tentang perubahan iklim dan praktik adaptasi sederhana harus ditanamkan di sekolah, organisasi kemasyarakatan, dan lingkungan kerja. Infrastruktur publik seperti drainase perlu diprioritaskan dalam perencanaan kota untuk mengurangi risiko banjir di masa mendatang. Upaya pencegahan dari hulu hingga hilir, termasuk reboisasi dan pengelolaan tanah, dapat mengurangi limpasan dan menjaga kestabilan ekosistem.
Pada akhirnya, hujan mengingatkan kita pada keseimbangan antara menerima berkah dan menghormati batas-batas alam. Berpikir ulang sebelum bertindak, menempatkan keselamatan sebagai prioritas, dan membangun budaya kolektif yang peduli lingkungan adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa berkah hujan tidak berubah menjadi bencana. Dengan sikap waspada, proteksi memadai, dan kerjasama, kita bisa memetik manfaat hujan sambil meminimalkan resikonya.
( Pitut Saputra )
