Memprihatinkan! SD Paralel Lailara di Sumba Timur Minim Fasilitas, Dinding Bambu dan Berlantai Tanah


 Sumba Timur , Koranjateng.com – Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Paralel Lailara, Desa Praibakul, Kecamatan Katala Hamu Lingu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), berada jauh di bawah standar kelayakan.

09/11/2025

 Sekolah yang didirikan pada tahun 2010 ini masih berdiri dengan dinding bambu dan berlantai tanah, menjadi gambaran perjuangan keras anak-anak pedalaman dalam meraih pendidikan.


Penanggung jawab SD Paralel Lailara, Rambu Emelia Namupraingu, menjelaskan bahwa bangunan sekolah berukuran 12x6 meter tersebut memiliki atap seng, namun bagian dinding terbuat dari anyaman bambu dan lantai masih berupa tanah.


"Kami berharap pemerintah Kabupaten Sumba Timur bisa memberi perhatian lebih. Kasihan anak-anak di sini. Mereka sangat rindu bersekolah, tapi jarak dan kondisi sekolah yang seperti ini membuat mereka harus berjuang lebih keras dari anak-anak di tempat lain," ungkap Rambu, memohon uluran tangan pemerintah daerah.


Fasilitas Pinjaman dan Status Paralel

Gedung yang ada dibagi menjadi dua ruangan. Namun, karena jumlah siswa baru satu rombongan belajar (rombel), hanya satu ruangan yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Ruangan lainnya dialokasikan untuk kegiatan pendukung.


Lebih memprihatinkan, fasilitas dasar seperti kursi, meja, dan papan tulis di sekolah ini harus dipinjam dari SDN Tawakihu. Meskipun sebagian kursi dalam kondisi rusak, para guru berupaya memperbaikinya agar proses KBM dapat terus berjalan.


Menurut Kepala Sekolah SD Paralel Lailara, Melkianus Paratu, gedung sekolah ini awalnya dibangun atas hasil swadaya orang tua murid. Baru tahun ini gedung tersebut mulai digunakan sebagai SD Paralel Lailara, dan hanya menampung siswa kelas satu.


"Baru satu kelas. Kelas satu saja. Sejak didirikan, tahun ini baru digunakan dan menjadi SD Paralel Lailara," tutur Melki.


Saat ini, status SD Paralel Lailara masih "numpang" di SD Inpres Lailara karena belum memiliki izin operasional resmi.


"Kalau bangku dan meja belajar itu bekas semua, kami gunakan dari SD Tawakihu. Buku-buku materi masih dari SD Inpres Lailara," tambahnya.


Semangat 18 Siswa di Tengah Keterbatasan

Guru SD Paralel Lailara, Depi Peka Amahu, menyebut bahwa total siswa di sekolah tersebut berjumlah 18 orang. Sebanyak 16 siswa sudah tercatat di Data Pokok Pendidikan (Dapodik), sementara 2 siswa lainnya masih berstatus murid pendengar.


"Semuanya baru duduk di kelas 1 sehingga kami berharap mereka terus melanjutkan pendidikan tanpa harus menempuh jarak jauh ke sekolah lain," ujar Depi. Keberadaan SD Paralel ini dinilai vital untuk memangkas jarak tempuh yang jauh ke sekolah lain, yang menjadi penghalang utama bagi anak-anak di daerah tersebut.


Kondisi SD Paralel Lailara ini menjadi pengingat akan pentingnya pemerataan fasilitas pendidikan, khususnya di wilayah terpencil, agar hak setiap anak untuk memperoleh lingkungan belajar yang layak dapat terpenuhi.

Next Post Previous Post

Hot News Today